top of page

Kesejahteraan & Kedaulatan Moneter: Penerapan UMT di Indonesia

Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, termasuk ruang fiskal yang sempit dan beban utang yang tinggi. Universal Monetary Theory (UMT) menawarkan perspektif baru dalam mengelola ekonomi untuk mengatasi tantangan tersebut. UMT menekankan penciptaan uang berbasis kebutuhan riil dan kesejahteraan masyarakat, bukan semata-mata pertumbuhan ekonomi.


Videonya dapat disaksikan di sini. Video dengan narasi dapat disimak di sini.


UMT dan Kebijakan Fiskal Berorientasi Kesejahteraan

Penerapan UMT di Indonesia dapat dimulai dengan merombak kebijakan fiskal agar berorientasi pada kesejahteraan.

  • Prioritas pada Sektor Publik: UMT mendorong alokasi dana APBN yang lebih besar untuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. Investasi di sektor publik akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan produktivitas.

  • Subsidi Tepat Sasaran: Subsidi harus efektif dan efisien, diarahkan untuk mendukung masyarakat miskin dan rentan, serta sektor strategis.

  • Pengendalian Utang Produktif: Utang dikelola dengan hati-hati dan diprioritaskan untuk membiayai proyek infrastruktur dan investasi publik yang produktif.


Reformasi Sistem Moneter dengan UMT

UMT juga mendorong reformasi sistem moneter untuk mencapai kedaulatan moneter dan mendukung kesejahteraan:

  • Kedaulatan Moneter: Bank Indonesia perlu memiliki kendali penuh atas kebijakan moneter dan menerbitkan uang sesuai kebutuhan riil ekonomi tanpa tekanan pasar keuangan global.

  • Pembiayaan Langsung oleh Bank Sentral: Bank Indonesia dapat membiayai langsung defisit anggaran pemerintah untuk proyek-proyek yang berdampak positif pada perekonomian dan kesejahteraan.

  • Pengendalian Inflasi: Kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi penting untuk mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat.


UMT, Ekonomi Lokal, dan Koperasi

Penguatan ekonomi lokal dan koperasi merupakan pilar penting dalam penerapan UMT:

  • Pengembangan Koperasi: Koperasi perlu diperkuat sebagai pilar ekonomi kerakyatan untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengurangi kesenjangan ekonomi.

  • Desentralisasi Ekonomi: Memberikan otonomi lebih besar kepada daerah untuk mengelola sumber daya dan potensi ekonomi lokal.

  • Mata Uang Lokal: Penggunaan mata uang lokal dapat dipertimbangkan untuk mendorong transaksi ekonomi di tingkat regional.


Transparansi dan Akuntabilitas dalam Implementasi UMT

Implementasi UMT menuntut transparansi dan akuntabilitas:

  • Keterbukaan Informasi: Masyarakat perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan fiskal dan moneter.

  • Partisipasi Publik: Partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan anggaran perlu didorong.


Tantangan Implementasi UMT di Indonesia

Penerapan UMT di Indonesia akan menghadapi tantangan, antara lain:

  • Perubahan Paradigma: Membutuhkan perubahan cara pandang tentang peran uang dan sistem moneter.

  • Resistensi: Kemungkinan adanya resistensi dari kelompok yang diuntungkan oleh sistem moneter konvensional.

  • Koordinasi Kebijakan: Membutuhkan koordinasi yang kuat antara pemerintah, Bank Indonesia, dan stakeholders lainnya.


Kesimpulan

UMT menawarkan solusi alternatif untuk mengatasi ruang fiskal sempit dan beban utang di Indonesia. Dengan fokus pada kesejahteraan masyarakat, kedaulatan moneter, dan penguatan ekonomi lokal, UMT berpotensi menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.

Namun, implementasi UMT membutuhkan komitmen politik, perubahan paradigma, dan strategi yang terukur. Kajian mendalam dan dialog inklusif penting dilakukan untuk merumuskan kerangka kebijakan UMT yang tepat bagi Indonesia.

 

 

 

 

Comments


bottom of page